DESEMBER untuk DESAINER
 |
Sumber: galwaybayfm.ie |
Menjadi seorang graphic designer atau desainer grafis bukan
sebuah pilihan hidup, tapi itu merupakan hobi yang tersalurkan dan (berharap)
menghasilkan. Bahkan, untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya, desainer hidup
dari penghasilan itu. Namun tidak semua yang dibuat akan selalu menghasilkan,
desainer juga manusia yang punya hati nurani untuk ingin memberi dan menolong
sesama – tanpa embel-embel materi. Tidak semua orang bisa memiliki kemahiran
dalam hal desain grafis dan tidak semua desain mampu dihasilkan oleh seseorang
yang mahir mendesain. Namun, setiap desain yang dihasilkan memiliki nilai
filosofi seni yang tidak akan sama dengan yang lain. Pada intinya, seni itu
bebas, namun memiliki nilai filosofis tersendiri.
Memiliki hobi dan bakat yang
menghasilkan karya visual adalah suatu anugerah yang patut disyukuri. Dalam era
milenial saat ini, pekerjaan membuat desain adalah pilihan yang tepat, karena
hampir separuh hidup manusia zaman now akan berjumpa dengan berbagai macam
bentuk visual yang disajikan melalui gadget pintarnya. Dan sangat jarang sekali
para pemuda zaman now, agent of change,
pemegang tongkat estafet tanggung jawab negara memiliki gadget pintar di tangan
kanannya. Tentu sangat banyak pesan yang disajikan secara visual agar lebih
mudah tersampaikan. Kalau begitu, desainer adalah pemeran aktif dalam kemajuan
zaman. Walaupun desainer selalu muncul di balik layar.
Karya yang dihasilkan oleh
desainer biasanya mengikuti permintaan seseorang maupun kelompok yang
berkempentingan. Kepentingan itu bermacam-macam, ada yang menginginkan sebuah
logo untuk industri, jasa, komunitas, grup musik, grup hadrah, dan lain
sebagainya. Ada pula yang berkepentingan untuk membuat cover buku, novel,
ceritra panas rakyat, dan sebagainya. Serta masih banyak lagi karya-karya
yang dibutuhkan oleh para pihak berkepentingan, tentu jika dalam moment kali
ini adalah desain para calon legislatif yang akan bertarung pada pemilu 2019
mendatang. Intinya, karya yang dihasilkan dari desainer ini bisa berbentuk
ekspresi visual (seni rupa) dan verbal (bahasa) yang bertujuan untuk menginformasikan,
membujuk, dan menjual suatu produk atau jasa. Nah, biasanya unsur visual dan
verbal disatukan dalam bentuk sajian berupa soft
file maupun hard file yang
menarik pembaca.
Proses pembuatan karya tidak semua
berjalan mulus semulus paha para pahlawan wanita jepang. Saat ada pihak yang
berkepentingan – desainer menyebutnya sebagai klien – pasti ada yang tidak
sepakat dengan hasil karya yang dibuat oleh desainer. Pasti masih memiliki kekurangan,
nah kekurangan ini bermacam-macam bentuknya. Klien biasanya meminta untuk
merubah dengan bahasa-bahasa awam tentang desain. Tidak hanya itu, terkadang
ada pula yang menghargai desainer dengan hujatan pahit karena hasilnya terlalu
biasa dan sangat biasa saja. Padahal jika dilihat dari sisi desainer, membuat
suatu karya – walapun terkesan biasa saja – tentu memerlukan proses yang sangat
panjang, perlu step by step. Untung saja
para desainer zaman now sudah banyak yang doyan
kopi agak pahit serta senang dzikiran, sehingga santai saja menghadapi suatu
hal yang pahit-pahit.
Hasil karya yang dibuat oleh
desainer memiliki makna tersendiri, artinya desainer selalu berusaha menangkap
kepentingan klien sebagai unsur visual dan memahami bahasa klien sebagai bentuk
verbal yang nantinya akan dijadikan satu dalam pesan singkat berbentuk gambar,
tipografi, ilustrasi, dsb. Namun (terkadang) para desainer masih sangat sulit
untuk memahami itu. Jadi bisa dikatakan bahwa jika ada kesalahan hasil grafis
yang dibuat oleh desainer, itu bukan sepenuhnya salah desainer, bisa juga
karena klien yang terlalu sulit untuk merangkai kata-kata sebagai gambaran visual
dan verbal yang diinginkan. Saya harap – selaku seorang yang pernah menjadi klien
dan memiliki sahabat sebagai desainer – agar lebih berhati-hati lagi dalam
ungkapan melalui ucapan ataupun bahasa tubuh.
Beberapa sahabat yang menjadi
desainer seperti Kang Firdaus, Mas Dedes, dan Gilang Pultn selalu berusaha
menciptakan karya-karya terbaik untuk selanjutnya disampaikan kepada para
audiens. Mereka adalah solusi para pihak berkepentingan yang memiliki dua peran
sekaligus, yakni sebagai senirupawan dan komunikator. Kenapa bisa gitu? Sebagai
pemeran inti dalam membuat desain, mereka harus berusaha keras dalam
menghubungkan masalah keindahan (estetika) seperti pemilihan warna, tipografi,
ilustrasi, dan layout. Lalu sebagai komunikator, mereka harus bisa menjadikan
bentuk visual pesan verbal dengan jelas agar bisa ditangkap (hap-hap) oleh para
audiens dengan mudah dan menyenangkan.
Desainer memang perlu memahami
elemen-elemen dan prinsip-prinsip desain sebagai suatu hal yang fundamental.
Lebih dari itu, desainer juga harus tanggap pada perkembangan sosial, terutama
menyangkut gaya hidup atau life style
dalam berbagai segmen masyarakat yang begitu dinamis dan heterogen. Jauh dari
semua itu, para sahabat saya sudah memenuhi panggilan hati untuk melihat
perkembangan bangsa saat ini, kode etik adalah bagian yang selalu diperhatikan,
tinggal bagaimana klien harus memperlakukan desainer sebagai saudara sebangsa
tanah dan saudara sebangsa air, serta saudara sesama manusia. Sudah seharusnya
kita sebagai bangsa awam yang memahami desain harus bisa menghargai karya
sahabat-sahabat saya tadi dan para desainer handal sebagai kekayaan intelektual
yang bernilai cukup tinggi.